Translate

Selasa, 17 Februari 2015

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA



ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA ARTIKEL YANG DIMUAT DALAM MAJALAH UMMI DAN KORAN TRIBUN JABAR







Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa






Oleh :
Selvi Agustini
01020101100189
3 A










PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SURYAKANCANA CIANJUR
2014

Beberapa kesalahan dalam artikel “Ketika Waktu Berhenti di Jaisalmer” yang dimuat dalam Majalah Ummi edisi Mei 2014.

1.      Ketika waktu berhenti di Jaisalmer
Pada judul artikel mengalami salah penalaran. Waktu itu tidak akan berhenti, waktu akan  terus berputar dalam sehari 24 jam.
Jadi, seharusnya :
Ketika berkunjung ke Jaisalmer
2.      Di tangan saya tergenggam tali yang membalut leher hewan tunggangan yang membawa saya ke tempat ini.
Kalimat di atas tidak bersubjek, kata depan di- menyebabkan hilangnya status subjek. Maka kata depan di- harus dihilangkan.
Jadi, seharusnya:
Tangan saya akan menggenggam tali yang membalut leher hewan tunggangan yang membawa saya  ke tempat ini.
3.      Masih sulit dipercaya, saya ada disebuah tempat di belahan India.
Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk bertingkat. Dalam bahasa Indonesia kata hubung harus digunakan secara gamblang di depan anak kalimat. Anak kalimatnya yakni masih sulit dipercaya, harus menggunakan kata hubung karena.
Jadi, seharusnya:
Karena masih sulit dipercaya, saya ada di sebuah tempat di belahan India.
4.      Adalah Jaisal Singh yang membangun kota laksana emas itu di atas bukit Trikut atas imbauan seorang suci bernama Eesaal.
Kalimat di atas tidak bersubjek, morfem adalah yang menimbulkan hilangnya status subjek sehingga makna menjadi tidak jelas. Morfem adalah harus dipindahkan setelah subjek, dan setelah morfem adalah ditambah morfem orang.
Jadi, seharusnya:
Jaisal Singh adalah orang yang membangun kota laksana emas itu di atas bukit Trikut atas imbauan seorang suci bernama Eesaal.
5.      Namun, tak ada yang menyaingi keindahan haveli Patwaon, Salim Singh Ki, dan Nathwal.
Morfem tak pada kalimat di atas tidak baku karena morfem tak merupakan singkatan dari morfem tidak. Seharusnya tidak disingkat.
Jadi, seharusnya:
Namun, tidak ada yang menyaingi Haveli Patwaon, Salim Singh Ki,  dan  Nathwal.
6.      (1) Namun, tak ada yang menyaingi keindahan haveli Patwaon, Salim Singh Ki, dan Nathwal.
(2) walau tidak lagi dihuni, ketiganya adalah haveli terindah dan terbesar yang dibuka untuk para turis.
(3) Dari atas haveli Patwaon saya bisa melihat panorama sekitar benteng dengan jelas.
 Ketiga kalimat tersebut terdapat kalimat asing, seharusnya tidak boleh mempercampuradukkan bahasa asing dan bahasa Indonesia dalam satu kesempatan. Haveli  = rumah penduduk.
Jadi, seharusnya:
(1) Namun, tak ada yang menyaingi keindahan rumah penduduk Patwaon, Salim singh Ki, dan Nathwal.
(2) walau tidak lagi dihuni, ketiganya adalah rumah penduduk terindah dan terbesar yang dibuka untuk para turis.
(3) Dari atas rumah penduduk Patwaon saya bisa melihat panorama sekitar benteng dengan jelas.








Beberapa kesalahan dalam artikel “UN Belum Ramah” yang dimuat dalam Koran Tribun Jabar edisi Jumat, 23 Mei 2014.

1.      Para siswa kelas 12 SMA/SMK di seluruh nusantara, kemarin, meluapkan kegembiraan setelah menerima surat keterangan kelulusan Ujian Nasional (UN).
Kalimat di atas adalah kalimat pleonasme, karena morfem para dan klausa di seluruh nusantara mengandung makna jamak. Seharusnya memakai salah satu saja.
Jadi, seharusnya:
Siswa kelas 12 SMA/SMK di seluruh nusantara, kemarin, meluapkan kegembiraan setelah menerima surat keterangan kelulusan Ujian Nasional (UN).
2.      Tapi, di sejumlah sekolah sudah ada cara merayakan kelulusan UN dengan cara yang santun.
Kalimat di atas adalah kalimat tunggal. Kalimat tunggal tidak boleh diawali dengan kata hubung. Seharusnya kalimat tersebut tidak boleh diawali dengan morfem tapi.
Jadi, seharusnya:
Di sejumlah sekolah sudah ada cara merayakan kelulusan UN dengan cara yang santun.
3.      Para siswa yang lulus UN, tentu hal itu tak menjadi masalah.
Morfem tak pada kalimat di atas tidak baku karena morfem tak merupakan singkatan dari morfem tidak. Seharusnya tidak disingkat.
 Jadi , seharusnya:
Para siswa yang lulus UN, tentu hal itu tidak menjadi masalah.  
4.      Jika UN tahun depan dilakukan dengan format yang sama, soal dibuat secara terpusat, lalu didistribusikan ke semua sekolah di nusantara, termasuk sekolah-sekolah di kampung-kampung yang gurunya secara kualitas tidak sama dengan guru-guru di perkotaan, maka kecurangan dimungkinkan masih akan terjadi.
Kalimat diatas menjadi kalimat pleonasme, karena kata ulang sekolah-sekolah dan kampung-kampung merupakan satu makna. Seharusnya salah satu saja yang memakai kata ulang.
Jadi, seharusnya:
Jika UN tahun depan dilakukan dengan format yang sama, soal dibuat secara terpusat, lalu didistribusikan ke semua sekolah di nusantara, termasuk sekolah di kampung-kampung yang gurunya secara kualitas tidak sama dengan guru-guru di perkotaan, maka kecurangan dimungkinkan masih akan terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar